saya
Selasa, 30 Juni 2015
Minggu, 26 April 2015
Cara membuat blog
Cara membuat blog
Berikut langkah-langkah yang bias di tempuh untuk membuat
blog:
1. 1. Membuat akun gmail terlebih
dahulu:
Sebelum membuat blog, para pemula harus
membuat email atau surel untuk bias masuk ke blog dan memposting artikel. Blogger
khususnya, menggunakan email.dengan format gmail.
2. masuk blogger.com:
setelah gmail sudah di buat, segera masuk ke blogger.com. tampilan yang akan muncul adalah perintah untuk memasukkan email dan password. masukkan email dan password yang sudah anda buat tadi ke kotak kosong tersebut. setelah itu klik"Lanjutkan Ke Blogger"
3. klik "Buat Blog"
4. tulis judul, alamat Blog dan Template yang anda sukai
5. kemudian klik " Buat Blog"
6. selesai
Jumat, 24 April 2015
TAKDIR
A.
PENGERTIAN TAKDIR
Yang
dimaksud dengan istilah takdir adalah Qadar (Al-Qadar khairuhu wa
syarruhu) atau Qadha’ dan Qadar (Al-Qadha’ wal-Qadar).
Secara
etimologis Qadha’ adalah bentuk mashdar dari kata kerja qadha yang
berarti kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hal ini Qadha’ adalah
kehendak atau ketetapan hukum Allah SWT terhadap segala sesuatu.
Sedangkan Qadar secara etimologis
adalah bentuk mashdar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan.
Dalam hal ini Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT terhadap
segala sesuatunya.
Secara
terminologis ada Ulama yang berpendapat kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, dan ada pula yang membedakannya. Yang membedakan,
mendefinisikan Qadar sebagai: “Ilmu Allah SWT tentang apa-apa yang akan
terjadi pada seluruh makhluk-Nya pada
masa yang akan datang”. Dan Qadha’
adalah: “penciptaan segala sesuatu oleh Allah SWT sesuai dengan Ilmu dan
Iradah-Nya”. Sedangkan Ulama yang menganggap istilah Qadha’ dan Qadar
mempunyai pengertian yang sama memberikan definisi sebagai berikut: “Segala
ketentuan, undang-undang, peraturan dan hukum yang ditetapkan secara pasti oleh
Allah SWT untuk segala yang ada (maujud), yang mengikat antara sebab dan
akibat segala sesyatu yang terjadi.” Sebagai contoh kita kutip beberapa ayat
sebagai berikut:
“
Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (Ar-Ra’d 13:8).
“
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya). Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (At-Thalaq 65:3).
B.
BEBERAPA
TINGKATAN TAKDIR
Takdir atau Qadar mempunyai empat tingkatan:
1.
Al-Ilmu
Allah
SWT Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang telah terjadi,yang
sedang terjadi dan yang akan terjadi. Tidak satu pun luput dari ilmu Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
“Apakah
kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya
Allah mengetahui apa saja di langit dan di bumi?” (Al-Haj 22:70).
2.
Al-Kitabah
Allah
SWT Yang Maha Mengetahui telah menuliskan segala sesuatu di Lauh Mahfuzh, dan
tulisan itu tetap ada sampai hari Kiamat. Apa yang terjadi pada masa lalu, dan apa yang terjadi sekarang, dan
apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang sudah di tuliskan oleh Allah
SWT di Lauh Mahfuz. Allah berfirman:
“Apakah
kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di
langit dan di bumi? Bahwasanyayang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab
(Lauh Mahfuz ). Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.” (Al-Haj
22:70).
3.
Al-Masyi-ah
Allah
SWT mempunyai kehendak terhadap segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.
Tidak ada sesuatu pun yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya. Apa-apa yang di kehendaki Allah pasti akan terjadi.
Dan apa-apa yang tidak di kehendaki Allah SWT pasti tidak akan terjadi.(Al-Insan
76:30)
4.
Al-Khalq
Allah SWT
menciptakan segala sesuatu. Segala sesuatu selain Allah Yang Maha Menciptakan
adalah makhluk.(Az-Zumar 39:62)
Iman
kepada Takdir mencakup empat tingkatan di atas. Artinya segala perbuatan, perkataan termasuk segala
hal yang tidak dilakukan manusia diketahui,di tuliskan, di kehendaki, dan
diciptakan oleh Allah SWT.
C.
HUBUNGAN TAKDIR DAN DO’A
Allah Maha Bijaksana dan Maha Perencana sesuai dengan kehendak dan
kekuasaan-Nya. Ia bersifat Mengetahui, dan Maha Adil. Apa saja yang telah
terjadi dan yang akan terjadi pada makhluk-Nya tidak lepas dari ilmu dan
ketentuan Allah Yang Maha Bijaksana itu. Semua yang terjadi dalam alam semesta
ini berjalan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya, “...Dan segala
sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.” (QS 13:8).
Di samping Allah
Maha Bijaksana, Allah juga bersifat Maha Pemurah (Rahman) dan Maha Penyayang
(Rahim). Dengan sifat-sifat kemuliaan Allah yang demikian itu agaknya kita
menjadi optimis bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha dan amal manus
ditentukania. Akan tetapi sebaliknya Dia dalam memutuskan sesuatu dan
memberikan ukuran yang telah ditentukan
itu tidaklah didorong atau di perintah oleh siapa pun, bahkan segalanya ini di
ciptakan menurut kehendak-Nya dengan aturan-aturan yang Ia juga pembuatnya.
Aturan-aturan
Allah itu sebagian kecil dapat diketahui manusia dan sebagian besar belum
diketahui bahkan mungkin menjadi rahasia Allah. Aturan-aturan Allah ada yang
diwahyukan kepada Nabi dan Rasul-Nya kemudian dibukukan berupa “kitab”, ada
pula yang tidak tertulis berupa gejala dan fenomena alam yang disebut dengan
“Hukum Alam” (sunatullah). Apa yang trtulis berupa kitab itu kadang-kadang ada
makna tersirat yang belim/tidak sepenuhnya dapat ditangkap oleh manusia.
Karena
keterbatasan ilmu manusia ini sering muncul perasaan ragu pada diri orang-orang
tertentu dalam memahami keimanan terhadap takdir ini. Apakah Allah Adil telah
mentakdirkan nasib seseorang, umpamanya dalam rangka memahami QS.37:96 :
“Padahal Allahlah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu.” (QS.37:96).
Keputusan Allah
itu senantiasa menurut kadar yang telah di tentukan. Salah satu ketentuan Allah
umpamanya adalah jika hamba-Nya berdo’a akan diperkenankan:
“ Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka jawablah
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendo’a
apabila ia berdo’a kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu dalam kebenaran.”(QS
2:186).
Ayat di atas menjelaskan kepada kita sebagai hamba-Nya bahwa:
1.
Allah
itu dekat. Dalam QS.50:16 disebutkan bahwa Allah lebih dekat kepada manusia
dari urat lehernya.
2.
Allah
akan mengabulkan siapa yang berdo’a kepada-Nya. Ayat ini berlaku umum, tidak
pandang apa kedudukannya, besar kecil, tua muda, pria dan wanita. Baik itu
orang alim atau orang awam, jika do’a itu ditujukan semata kepada Allah niscaya
akan dikabulkan.
D.
TAKDIR DAN IKHTIAR
Dalam memahami sebagian ayat
Al-Qur’an seperti (QS.37:96;8:17; dan 9:51) seakan-akan manusia tidak memiliki
pilih dan kebebasan (ikhtiar) sama sekali. Tanpa memperhatikan ayat yang lain,
akan muncul keraguan yang menggoyahkan iman terhadap takdir, dan mungkin
menganggap Allah sebagai tak adil. Allah yang menentukan (menakdirkan)
seseorang untuk melakukan maksiat umpamanya, lalu Allah pula yang akan
mengganjarnya dengan siksa. Apakah ini adil? Akan tetapi coba perhatikan sabda
Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Jabir ra. Sebagai berikut:
“Pada akhir zaman
nanti akan ada suatu golongan yang berbuat kemaksiatan, kemudian mereka
berkata: “Allah mentakdirkan perbuatan itu kita lakukan”. Orang yang menentang
pendapat mereka (yang salah) pada zaman itu adalah bagian orang yang menghunus
pedangnya fi sabililah.”
Takdir itu sama
sekali tidak boleh dianggap sebagai jalan bertawakal (berserah diri) yang tidak
sewajarnya, tidak boleh pula dijadikan alasan untuk melakukan kemaksiatan,
bahkan tidak boleh diartikan sebagai suatu paksaan Tuhan terhadap hamba-Nya.
Sebaliknya takdir haruslah dianggap sebagai jalan untuk meyakinkan
tujuan-tujuan atau cita-cita yang besar dari sekian banyak macam amal perbuatan
yang besar pula. Dari situ dapat dipahami bahwa takdir itu dapat ditolak dengan
takdir, misalnya adanya takdir rasa lapar (kalau tidak makan) dapat dilawan
dengan takdir makan, takdir rasa dahaga dilawan dengan takdir minum sampai
puas, dan takdir sakit dapat dilawandengan takdir pengobatan sampai sehat
kembali. Begitu pula takdir kemalasan dilawan dengan takdir kegiatan serta
kegairahan bekerja.
Pada dasarnya
manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci,bersih dan murni), lalu dengan
kebebasan yang diberikan kepadanya ia boleh saja memilih jalan mana yang hendak
dia tempuh:
“Dan Kami (Allah)
memberikan petunjuk kepada manusia dua jalan.”(QS. 90:10) “Sesungguhnya Kami (Allah) telah memberikan
petunjuk kepada manusia itu akan jalan yang ditempuhnya (untuk mencapai
kebaikan), tetapi adakalanya manusia itu berterima kasih dan adakalanya manusia
itu bersikap kufur (menutupi kenikmatan yang dilimpahkan kepadanya).” (QS.
76:3)
Manusia wajib
berikhtiar dan berusaha untuk menentukan perubahan nasib menurut rencananya,
sekuat dan kemampuan budinya. Manusia harus Nya, maupun mempelajari ilmu alam
sebagai ilmu Allah (Sunnatullah) yang terhampar luas di sekitar kita. Berusaha
dan berikhtiar merupakan kewajiban manusia, tetapi Allahlah yang menentukan
hasil akhir dari manusia itu. Manusia hanya dapat menerima segala apa yang
terjadi sebatas kemampuan yang dimiliki.
Di dalam Al-Qur’an
Allah telah menggariskan hukum-hukum-Nya
yang sejalan dengan hukum yang berlaku
secara alamiah (sunnatullah), seperti:
1.
Tiap
diri akan diberi balasan tentang apa yang dikerjakan dengan pembalasan yang
setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.(QS. 3:162; 14:51; 45:22)
2.
Musibah
apa pun yang menimpa manusia selalu ada hubungannya dengan hasil perbuatan
manusia.
“Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS.
42:30)
3.
Allah
telah menyediakan kelengkapan hidup di dunia, tergantung manusia, bagai
mana
ia mempergunakan sumber penghidupan tersebut.
“
Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu di muka bumi dan Kami adakan bagimu di
muka bumi itu (sumber penghidupan) amat sedikitlah kamu yang bersyukur.”( QS.
7:10)
4.
Kenikmatan
dan musibah yang menimpa manusia merupakan ujian Allah terhadap manusia:
a.
Nikmat
sebagai ujian (QS.39:49; 68:17)
b.
Hidup
dan mati sebagai ujian (QS. 67:2)
c.
Harta
dan keturunan sebagai ujian (QS. 8:28; 18:7; 64:15)
d.
Kekurangan
harta sebagai ujian (QS. 2:155)
e.
Kaya
dan miskin sebagai ujian (QS. 89:15-17)
f.
Kebaikan
dan keburukan sebagai ujian (QS. 21:35)
5.
Kehidupan
ini selalu terdiri dari rangkaian kesulitan dan kemud ahan. Bagi orang yang
beriman kepada takdir selalu sabar dan tawakal menghadapi kesulitan dan
bersyukur tatkala menghadapi kemudahan atau memperoleh kenikmatan.
“ Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang
lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. 94:5-8)
Takdir itu ibarat
suatu jembatan penyeberangan. Manusia boleh berikhtiar dan memilih sisi mana
dari jembatan itu yang hendak dilalui. Pilihan itu tetap terbatas di dalam
jembatan. Ia tidak bisa lewat atau keluar dari batas-batasnya. Demikian
barangkali salah satu cara memahami umpamanya QS. 18:28-29 dan QS. 16:93 yang
berbunyi:
“(Yaitu) bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang
lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah. Tuhan semesta alam.” (QS. 81:28-29)
“... Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. 16:93)
Kehendak manusia
(yang bebas) tidak akan tercapai kecuali harus mengikuti salah satu dari dua
jalan yang sudah ditentukan oleh kehendak dan iradat Allah. Namun
demikian. Ia tetap berkehendak agar manusia itu memilih salah satu antara dua
jalan yang masin-masin itu boleh dengan sesuka hatinya ditempuh dan dilalui
yaitu jalan petunjuk dan jalan sesat.
Kalau manusia itu
memilih jalan pertama yang berupa petunjuk dan hidayah maka itu pun tetap
termasuk dalam lingkungan kehendak Ilahi jua dan kalaupun ia memilih jalan
kedua yakni kesesatan, maka itu pun termasuk pula dalam lingkungan
kekuasaan-Nya.
Baik hidayah
(petunjuk) maupun dlalalah (kesesatan) merupakan hasil natijah atau akibat dari
hal-hal yang telah dilakukan, umpamanya api panas, dan siapa yang terjun
kedalam api ia akan terbakar. Petunjuk atau hidayah adalah buah atau hasil dari
amal perbuatan yang baik dan saleh, sedang kesesatan atau dlalalah adalah buah
atau hasil dari amal perbuatan yang buruk.
Jadi,
disandarkannya pengertian hidayah dan dlalalah pada Allah SWT itu tujuannya
hanyalah sebagai kiasan bahwa Dialah yang meletakkan penertiban sebab-sebab dan
akibat-akibat yang timbul dari sebab-sebab itu. Bukan sekali-kali bermaksud
bahwa Dia memaksakan manusia untuk pasti memperoleh petunjuk tanpa ada
sebab-sebab yang dilakukan. Yang demikian itu tentulah kezaliman. Mahasuci
Allah SWT dari perbuatan yang demikian.
Untuk memahami hal
ini lebih sempurna lagi, marilah kita telaah ayat-ayat berikut sebagai
imbangan:
“Allah memberi petunjuk kepada orang-orang kembali (bertaubat)
kepada-Nya.” (QS. 13:27
“Orang-orang yang berjihad untuk membela agama kami, pasti kami
tunjukkan jalan-jalan Kami (yang benar).” (QS. 29:69)
Sucikanlah nama Tuhanmu yang paling tinggi yang menciptakan dan
yang menyempurnakan (penciptaan-Nya) dan yang menentukan kadar (masing-masing)
dan memberi petunjuk.”(QS. 87: 1-3)
“Orang-orang yang mengikuti pimpinan yang baik. Allah tambah
petunjuk untuk mereka dan kepada mereka diberikan pula sifat taqwa.”(QS. 47:17)
“Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk.” (QS. 92:12)
“...Allah tidak memberi petunjuk bagi orang-orang zalim.” (QS.
2:258)
“...Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang
fasik.” (QS. 2:26)
E.
KEMISKINAN BUKAN TAKDIR
Kemiskinan dan
kelaparan yang menimpa umat manusia sesungguhnya terjadi oleh manusia sendiri
yang tidak mensyukuri nikmat pemberian Allah kepada umat manusia, baik berupa
kecerdasan akal yang dimilikimya maupun potensi alam disekitarnya. Abu Hamid
al-Ghazali mengatakan, bersyukur tidak lain kecuali mendayagunakan pemberian
Allah. Tanda seorang yang bersyukur adalah dibuktikan pada kemampuanmu untuk
menggunakan apa saja yang ada dalam kehidupannya secara kreatif, guna
mewujudkan kebaikan dan kesejahteraan bersama. Jika seseorang dianugerahi
kecerdasannya dipakai untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik kemiskinan
bukanlah nasib atau takdir Tuhan, sebab Tuhan tidak menghendaki manusia
hidupnya sengsara dan memiskinkan kehiduoan manusia yang diciptakan-Nya sendiri,
dan oleh sebab itulah manusia diberi-Nya akal, daya kekuatan dan kemampuan
untuk mengubah kehidupannya, serta diberi-Nya pula pedoman hidup agar tidak
sesat jalan, yaitu Kitab Suci yang diturunkan-Nya kepada manusia, bahkan
manusia diangkat-Nya pula sebagai khalifah atau wakil Tuhan di bumi, untuk
memakmurkannya.
Secara tegas
Al-qur’an dalam surat Al-Baqarah ayat 268 mengatakan:
“Syaitan menjanjikan kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu
berbuat jahat, sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia
(kekayaan dan balasan pahala). Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.
Pada ayat lain,
dalam surat ar-Ra’du ayat sebelas mengatakan:
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Oleh karena itu
fenomena kaya miskin seperti yang terlihat dan tampak dalam kehidupan
bangsa-bangsa di dunia ini, pada dasarnya disebabkan oleh kemampuannya kepada
penguasaan pengetahuan konseptual melalui pengembangan konseptual melalui
pengembangan ilmu dan teknologi, serta pada kemampuan mewujudkannya, dan
mengembangkan manajemen yang profesional .Dan kemampuan itu sesungguhnya
ditentukan oleh usaha keras dari bangsa kita sendiri.
F.
Apakah Anda Pasrah Pada Tuhan Atau Pasrah Pada Realitas?
Apa saja kehendak Tuhan itu?
Terkait dengan pembahasan ini, ada satu hal lagi yang perlu kita
audit di dalam diri, yaitu: Apakah kita sudah pasrah kepada Tuhan ataukah kita
telah pasrah pada realitas? Dalam praktek sehari-hari, perbedaan kedua bentuk
kepasrahan ini kerap kali tidak terlihat. Namun begitu, hasilnya atau efeknya
sangat jelas bagi masing-masing orang. Kalau kita pasrah pada realitas sudah
pasti hidup kita kalah. Sebaliknya, kalau kita pasrah pada kehendak Tuhan,
sudah pasti hidup kita menang, meskipun kita harus menghadapi realitas buruk
untuk sementara waktu.
Apa saja kehendak
Tuhan itu? Bagaimana mengetahuinya? Tentu saja tidak bisa didetailkan satu per
satu. Ini karena saking banyaknya. Hanya saja kalu kita mau pakai
istilah-istilah kunci yang sudah umum kita ketahui, rasanya akan dengan mudah
kita bisa mengetahui kehendak Tuhan.
Pertama, Tuhan
menciptakan surga dan neraka istilah ini menjelaskan bahwa surga adalah balasan
atau tempat bagi manusia yang timbangan kebaikannya melebih timbangan
kejahatanya; manusia yang taat, manusia yang positif. Sedangkan neraka adalah
tempat bagi manusia yang timbangan kejahatannya melebihi timbangan kebaikannya.
Kalau bicara kehendak, maka Tuhan menghendaki manusia masuk surga. Ini
dibuktikan dengan diturunkannya para nabi, kitab-kitab suci, larangan dan
perintah, kabar baik dan kabar buruk.
“Telah Kuciptakan Khair (kebaikan) dan syar (kejelekan).
Berbahagialah orang yang Ku-takdirkan memperoleh khoir dan celakalah orang yang
telah Ku-Takdirkan memperoleh syar dengan tangannya.” (Hadist Qudsi riwayat
At-Thabrani)
Kedua , Tuhan
menghendaki kehidupan yang mudah dari kita. Seperti apa kehidupan yang mudah
itu? Kalau mau jujur, hal-hal yang paling mudah kita lakukan adalah hal-hal
positif. Sebaliknya , hal-hal yang berat kita lakukan adalah hal-hal negatif.
Ketiga, Tuhan
menciptakan dua dorongan di dalam diri manusia. Menurut penjelasan Nabi,
dorongan yang pertama memotifasi kita untuk melakukan hal-hal positif (suara
malaikat), sedangkan dorongan yang kedua memotifasi kita untuk melakukan
hal-hal negatif (suara setan).
Pada saat kita
menghadapi realita buruk, menghadapi nasib buruk atau hal-hal yamg tidak kita
inginkan, apa yang kita lakukan? Rencana apa yang pasti akan kita jalankan?
Kebiasaan apakah yang kita lakukan? Jika yang muncul adalah kecenderungan untuk
membiarkan, mengabaikan, atau memasrahkan, hanya menyalahkan atau hanya menuding,
maka yang kita lakukan sebetulnya adalah pasrah pada realitas (mentalitas
lemah). Kalau ini berlanjut pada keputusasaan atau memunculkan dorongan yang
kuat untuk melakukan pelanggaran dan penyimpangan, maka kita sudah pasrah pada
kehendak setan ( mentalitas rusak).
Pasrah pada
realitas dalam pengertian mentalitas lemah itu meski terkadang tidak melanggar
kebenaran atau tidak dosa, tetapi pahala kita sedikit, resource kita sedikit,
power kita sedikit, kemulian kita sedikit, prestasi kita sedikit. Ditolak atau
diterima, kalau prestasi kita sedikit maka posisi kita dalam praktek hidup ini juga lemah. Ini pun sudah
merupakan takdir Tuhan.
Jadi pasrah pada
kehendak Tuhan saat menghadapi realitas buruk maksudnya adalah:
1.
Memilih
pikiran yang positif.
2.
Memilih
sikap mental yang positif.
3.
Memilih
cara yang positif.
4.
Memilih
tindakan yang positif.
5.
Memilih
patner yang positif
DAFTAR PUSTAKA
Asy’arie, Musa, 2002. Dialektika Agama untuk Pembebasan
Spiritual, Yogyakarta: LESFI (Lembaga Studi Filsafat Islam).
HD, Kaelany,2002. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan,
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ilyas, Yunahar,2013. Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta:LPPI(Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam).
Ubaedy, AN,2007. Mengubah Takdir, Jakarta: Media Sukses.
Manajemen Kelas Ideal
Manajemen Kelas yang Ideal
I. Pendahuluan
A. Pentingnya Manajemen Kelas
Kebutuhan terhadap manajemen kelas, bukan hanya karena kebutuhan akan efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran melalui pengoptimalan fungsi kelas, namun lebih dari itu, manajemen kelas merupakan respon terhadap semakin meningkatnya tuntutan peningkatan kualitas pendidikan yang dimulai dari ruang kelas. Di ruang kelas, guru dituntut untuk mampu menghasilkan peserta didik yang utuh, sesuai dengan fungsi pendidikan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan demikian, guru yang terampil adalah guru yang mampu mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen dalam berbagai kegiatan yang ada di kelas.
B. Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan kelas. manajemen merupakan serangkaian usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan orang lain, sedangkan yang dimaksud dengan kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dalam kelas tersebut, guru berperan sebagai manajer utama dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan melakukan pengawasan atau supervisi kelas.
Manajemen kelas menurut Mulyasa (2006) merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Nawawi (Djamarah 2006) menyatakan bahwa manajemen kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya kepada setiap individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah.
Berdasarkan berbagai uraian yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan manajemen kelas adalah usaha sadar untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, serta melakukan pengawasan atau supervisi terhadap progarm dan kegiatan yang ada dikelas sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara sistematis, efektif dan efisien, sehingga segala potensi peserta didik mampu dioptimalkan.
C. Tujuan ,Prinsip dan Pendekatan Manajemen Kelas
1. Tujuan manajemen kelas
Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Prinsip-prinsip manajemen kelas
Prinsip-prinsip Manajemen kelas yang dikembangkan oleh Djamarah (2006) terdiri dari:
a) Hangat dan Antusias
Guru yang hangat dan akrab pada peserta didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
b) Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga mengurangi potensi munculnya tingkah laku yang menyimpang.
c) Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan peserta didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian peserta didik. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
d) Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
e) Penekanan Hal yang Positif
Guru harus mampu menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negatif.
f) Penanaman Kedisiplinan
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah pesertaq didik dapat mengembangkan disiplin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
3. Pendekatan manajemen kelas
Terdapat berbagai pendekatan dalam manajemen kelas, berikut ini disajikan beberapa pendekatan dalam manajemen kelas:
a) Pendekatan kekuasaan
b) Pendekatan ancaman
c) Pendekatan kebebasan
d) Pendekatan resep
e) Pendekatan pengajaran
f) Pendekatan perubahan tingkah laku
g) Pendekatan sosio emosional
h) Pendekatan kerja kelompok
i) Pendekatan elektis atau pluralistik
j) Pendekatan teknologi dan informasi
II. Kelas yang Kondusif bagi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
A. Pengertian Kelas dan KBM
kelas adalah suatu kelompok orang yang melakukan kegiatan belajar bersama sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dalam kelas tersebut, guru berperan sebagai manajer utama dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengaktualisasikan, dan melakukan pengawasan atau supervisi kelas.
B. Latar Belakang Siswa dan Pengaruhnya terhadap Kondisi Kelas
Latar belakang siswa yang berbeda-beda sangat mempengaruhi kondisi kelas. contohnya adalah latar belakang siswa yang kehidupan keluarganya tidak harmonis atau akibat perceraian kedua orang tuanya, maka ia akan cenderung lebih bebas dan tidak mengikuti aturan. Selain itu ada juga siswa yang sering telat masuk kelas karena dia harus bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga.
C. Hubungan Harmonis Guru-Siswa dalam KBM
Hubungan guru dan siswa dikatakan harmonis, jika mereka bisa berhubungan dengan baik tanpa adanya suatu masalah yang kompleks dalam kegiatan belajar mengajar. Guru bisa menjadi pengganti orang tua siswa saat di dalam kelas dan siswa juga merasa nyaman dengan guru tersebut
D. Iklim Kelas Kondusif bagi KBM
Kelas kondusif memiliki iklim yang positif bagi berlangsungnya kegiatan belajar dan mengajar. Iklim kelas dikatakan kondusif jika, guru mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan bagi peserta didik. Selain itu, model dan metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru pun bersifat atraktif dan mampu merangsang kreativitas peserta didik.
III. Strategi Guru dalam Penciptaan Manajemen Kelas Efektif
Manajemen kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penciptaan kelas yang kondusif dan efektif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar antara guru dengan peserta didik.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka guru perlu memperhatikan tindakan yang bersifat perventif dan bersifat korektif.
A. Pencegahan
Tindakan pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang menyimpang, yang dapat mengganggu kondisi berlangsungnya proses pembelajaran yang optimal dan efektif. Beberapa tindakan pencegahan menyangkut:
1. Peningkatan kesadaran diri sebagai pendidik
2. Peningkatan kesadaran sebagai peserta didik
3. Ketulusan guru
4. Mengenal dan menemukan manajemen alternatif
5. Menciptakan kontrak sosial
B. Korektif
1. Mengidentifikasi masalah
2. Menganalisis masalah
3. Menilai alternatif pemecahan
4. Mendapatkan umpan balik.
IV. Kesimpulan
Jadi, untuk menciptakan manajemen kelas yang ideal guru harus mengetahui: pentingnya manajemen kelas, pengertian manajemen kelas, tujuan ,prinsip dan pendekatan manajemen kelas, kelas yang kondusif bagi kegiatan belajar mengajar (KBM), pengertian kelas dan KBM, latar belakang siswa dan pengaruhnya terhadap kondisi kelas, hubungan harmonis guru-siswa dalam KBM, iklim kelas kondusif bagi KBM dan strategi guru dalam penciptaan manajemen kelas efektif.
`
Minggu, 05 April 2015
Peran Guru PAI dalam pembentukan karakter siswa
Pendidikan merupakan keharusan bagi setiap manusia, terutama anak-anak yang belum dewasa. Hal ini dapat diamati dengan jelas pada saat manusia lahir ke dunia dengan segala keadaannya yang lemah tidak berdaya dan tidak mengetahui segala sesuatu yang ada disekelilingnya merupakan petunjuk dan bukti bahwa anak adalah makhluk yang memerlukan bantuan pendidikan, arahan dan bimbingan menuju ke arah kedewasaan.
Situasi sosial kultural masyarakat akhir-akhir ini semakin menghawatirkan. Berbagai macam peristiwa yang merendahkan harkat dan martabat manusia berkembang di masyarakat bahkan dalam dunia pendidikan, semisal hancurnya nilai-nilai moral, merebaknya ketidakadilan, tipisnya solidaritas, meningkatnya kenakalan remaja, praktek korupsi yang semakincanggih dan massif, tindak pidana, sikap tidak etis terhadap guru, dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Fenomena ini seolah mempertanyakan kembali peranan pendidikan dalam membangun etika dan moral masyarakat.
Menghadapi situasi sosial, maka dibutuhkan peran guru pendidikan agama Islam untuk membentuk karakter siswa . Guru pendidikan agama Islam mempunyai tantangan yang sangat besar dalam belajar mengajar. Tidak hanya itu guru pendidikan agama Islam juga harus bisa, bahkan wajib bisa membentuk karakter siswa untuk menjadi masyarakat yang baik dan berguna bagi agama nusa dan bangsa.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan
karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan
berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan
semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun
dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa
depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan
disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa
mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah
kebinekaan, tanpa semangatberkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa
percaya diri dan optimisme.
Pendidikan karakter seringkali
timbul tenggelam dalam sejarah pendidikan nasional. Adakalanya pendidikan
karakter menjadi primadona, menjadi mata pelajaran khusus, kemudian menjadi
dimensi yang terintegrasi ke dalam seluruh mata pelajaran, dan adakalanya
pendidikan karakter diintegrasikan dengan pendidikan agama, pendidikan moral
pancasila, atau pendidikan akhlak mulia. Namun, ada juga saat dimana pendidikan
karakter sama sekali hilang dalam kurikulum pendidikan nasional
Langganan:
Postingan (Atom)